Donasi untuk situs islamqa.info

Kami memohon donasi dengan suka rela untuk mendukung situs ini, agar situs anda -islamqa.info – berkelanjutan dalam melayani Islam dan umat Islam insyaallah

Hukum Mencintai Non-Muslim

23-06-2024

Pertanyaan 257654

Saya mempunyai beberapa pertanyaan tentang tema pembahasan tertentu, yaitu: interaksi dengan non-Muslim dan mencintai mereka. Pertama, jika hal-hal berikut adalah haram: 1. berteman dengan non-Muslim, 2. mencintai non-Muslim 3. dan hal-hal serupa yang berkaitan dengan bagaimana berinteraksi dengan non-Muslim – maka 1. bagaimana seorang Muslim dapat membantu non-Muslim untuk masuk Islam? Jangan ceritakan pada saya dalil yang mengatakan jika membantu non-Muslim itu untuk melunakkan hati mereka dan mengajak mereka masuk Islam, karena saya merasa heran, bagaimana bisa mengajak mereka masuk Islam ketika persahabatan yang dijalin dengan mereka hanyalah  kepura-puraan saja, dan tidak ada ketulusan dalam persahabatan ini? Saya harap Anda tidak menyebutkan masalah ini sebagai bagian dari jawabannya. 2. Pernikahan seorang pria muslim dengan wanita non muslim. Pertanyaannya adalah: bukankah Islam adalah agama cinta dan damai? Tapi kenapa ada larangan mencintai non-Muslim dan memperlakukan non-Muslim seperti kita memperlakukan Muslim? Sebenarnya saya punya banyak pertanyaan, tapi saya merasa jenis pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah haram, jadi saya memilih tutup mulut dan tidak menanyakannya. Namun saya harap Anda mau menjawab pertanyaan saya secara detail dan komprehensif. Saya mungkin terlihat bodoh dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, tetapi saya terus berupaya untuk belajar lebih banyak lagi tentang agama saya.

Teks Jawaban

Alhamdulillah.

Pertama:

Bagi seorang muslim, hendaknya mengambil langkah yang bisa menguatkan iman dan meneguhkannya di hati. Suasana hati seringkali diselimuti keraguan dan pergolakan yang membuatnya sulit memahami perintah-perintah agama, halangan-halangan ini tidak mungkin dihilangkan kecuali dengan bertanya: dalam situasi seperti ini bertanya adalah suatu keharusan, karena kaidah hukum Islam mengatakan:

ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب 

(“suatu perkara yang membuat hukum wajib tidak sempurna kecuali dengan melakukannya, maka perkara itu wajib hukumnya”),

dan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya memerintahkan hambanya untuk bertanya kepada orang-orang yang berilmu:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

النحل /43.

(Maka, bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.), An-Nahl /43.

Seorang muslim yang bertanya kepada orang-orang yang berilmu untuk menghilangkan keraguan hati dan pikiran-pikiran yang mengganggu adalah tindakan terpuji, namun hal ini bisa menjadi perbuatan tercela jika bertanya hanya karena semata-mata menegaskan sifat keras kepala, atau untuk menebarkan keragu-raguan, dan untuk menarik perhatian orang lain.

Ibnu Abdulbar rahimahullah berkata:

“Barang siapa yang bertanya karena ingin memahami suatu masalah , ingin menuntut ilmu, dan menghilankang kebodohan dari dalam dirinya, ingin mencari makna yang sebenarnya tentang perkara agama, maka tidak ada masalah dalam hal ini, karena obat bagi orang yang ragu-ragu adalah dengan bertanya”

Dan barang siapa yang mengajukan pertanyaan karena sifat keras kepala, bukan karena ingin memahami ataupun untuk belajar, tindakan seperti ini tidak diperbolehkan, sedikit atau banyak pertanyaan yang diajukan. Kutipan dari “at-Tamhid” 21/292.

Untuk itu, kami mengajak anda wahai saudariku yang terhormat, anda tidak perlu ragu bertanya untuk mendapatkan pemahaman atas hal-hal yang sulit anda pahami tentang masalah-masalah agama.

Semoga Allah membantu kami dan Anda untuk mempelajari kebenaran dan berpegang teguh padanya.

Kedua:

Allah memerintahkan kita untuk menjauhi kekafiran dan golongan orang-orang kafir, Allah ta’ala berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

الممتحنة /4.

(Sungguh, benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekufuran)-mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.), Al-Mumtahanah /4.

Allah ta’ala berfirman:

 لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

المجادلة – 22

(Engkau (Nabi Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun mereka itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau kerabatnya. Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tetapkan keimanan di dalam hatinya dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya. Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.), Al-Mujadalah /22.

Allah ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

المائدة /51.

(Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(-mu). Sebagian mereka menjadi teman setia bagi sebagian yang lain. Siapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.), Al-Maidah /51.

Allah ta’ala memerintahkan kita untuk mencintai iman dan menjadikan orang-orang yang beriman sebagai sekutu, sebagaimana firman-Nya:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

 آل عمران /103.

(Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.), Al-Imran /103.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَوْثَقَ عُرَى الْإِيمَانِ: أَنْ تُحِبَّ فِي اللهِ، وَتُبْغِضَ فِي اللهِ رواه أحمد.

(18524) وحسنه محققو المسند ، وكذا حسنه الألباني في "صحيح الترغيب" (3030

“Tali ikatan iman yang paling kuat adalah: engkau mencintai karena Allah dan engkau membenci karena Allah” (HR. Ahmad no.18524, dihasankan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 3030).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ  .. رواه البخاري (16) ومسلم (43

"Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka", diriwayatkan oleh Al-Bukhari (16), dan Muslim (43).

Ketiga:

Uraian diatas bukan berarti ada larangan bagi muslim dan non-muslim karena alasan tertentu muncul rasa cinta dan kasih sayang secara natural, bisa jadi karena faktor ikatan kekerabatan, atau perkawinan, atau karena atas dasar kebaikan.. dan lain sebagainya, meskipun dengan itu tetap tidak pengakuan agama dan ada pertentangan dalam hal itu.

Sebagai contoh, cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap paman beliau Abi Thalib meskipun dia kafir, Allah ta’ala berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْت

القصص/56

(Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi,)Al-Qasas /56.

Ini adalah  cinta yang secara natural ada karena alasan kekerabatan.

Allah juga memperbolehkan muslim untuk menikahi wanita yahudi atau nasrani, padahal karena pernikahan maka akan tumbuh rasa saling mencintai diantara suami dan istri, Allah ta’ala berfirman:  

خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً

الروم/ 21 .

(Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.), Ar-Rum /21.

Rasa cinta disini adalah rasa cinta yang lahir secara natural dan naluriah, seperti rasa cinta terhadap makanan, minuman, pakaian, dan sejenisnya, meski demikian hal ini tidak menghalangi bercampurnya pertentangan agama dengan rasa cinta yang alami, karena sumber dari keduanya memang berbeda.

Analoginya adalah obat: karena sesungguhnya terhadap obat ada rasa cinta dan benci yang bercampur, ia disukai karena satu hal [bisa menyembuhkan] dan dibenci karena hal lain [karena rasanya yang pahit atau tidak menyenangkan].

Lihat jawaban No. (154606 ).

Keempat:

Jika kita bisa memahami bahwa bisa jadi didalam diri seseorang anda mencintainya karena alasan kekerabatan, atau karena kebaikan, dan sejenisnya, dan diwaktu yang sama anda  mengingkari kekafirannya atau menentangnya karena hal tersebut. Maka ujian sesungguhnya adalah ketika dua hal ini dipertentangkan.

Oleh karena itulah Allah ta’ala mengingatkan hamba-hamba Nya untuk tidak mendahulukan rasa cinta yang alamiah, dan keinginan hawa nafsu daripada rasa cinta atas dasar iman dan perintah agama.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الإيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ * قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

التوبة/23-24

(Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu sebagai pelindung jika mereka lebih mencintai kekufuran atas keimanan. Siapa pun di antara kamu yang menjadikan mereka pelindung, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.) At-Taubah /24-24.

Syeikh As-Sa’adi rahimahullah berkata:

Firman Allah “{Hai orang-orang yang beriman}, berbuatlah sesuai dengan tuntunan keimananmu, dengan menjadikan orang-orang yang menganutnya (beriman) sebagai sekutu dan menjadikan orang-orang yang tidak menganutnya (tidak beriman) sebagai musuh.

{jangan jadikan bapak-bapakmu atau saudara-saudaramu sebagai sekutu} mereka adalah orang-orang yang paling dekat denganmu, maka lebih tepat lagi jika kamu tidak menjadikan orang lain (selain mereka) sebagai sekutu karena mereka lebih memilih dengan sukarela kekafiran daripada iman.

{Dan siapa pun yang melakukan hal itu di antara kamu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim} karena mereka telah melampaui batas dan berbuat durhaka kepada Allah, dengan menjadikan musuh-musuh-Nya sebagai sekutu. Dasar dari aliansi adalah cinta dan dukungan; dengan menjadikan mereka sebagai sekutu, ini berarti mendahulukan taat kepada mereka di atas ketaatan kepada Allah dan mendahulukan mencintai mereka daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Dan untuk itulah disebutkan alasan mengapa mereka disebut berlaku dzalim, yaitu bahwa rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus menjadi yang paling utama dibandingkan dengan kecintaaan terhadap apapun, dan menjadikan cinta terhadap semua hal lainya setelah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Maka Allah berfirman:

{ Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika bapak-bapakmu }, demikian juga ibu-ibumu

{ anak-anakmu, saudara-saudaramu } yang masuk dalam garis keturunan dan kekerabatan

{ pasangan-pasanganmu, keluargamu }, kerabatmu secara umum

{ harta kekayaan yang kamu usahakan }, yaitu harta yang telah kamu peroleh dari hasil kerja keras. ini secara spesifik disebutkan karena manusia lebih condong pada harta pribadinya dan lebih berhati-hati menjaganya dibandingkan kekayaan yang datang kepada mereka tanpa usaha atau usaha.

{ dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya } atau adanya kekhawatiran turunnya harga barang, hal ini mencakup semua jenis perdagangan dan pendapatan dari komoditas, barang-barang berharga, peralatan (furniture), senjata, biji-bijian, hasil pertanian, hewan ternak, dan lain sebagainya.

{ serta tempat tinggal yang kamu sukai } karena keindahan dan perhiasannya, dan karena sesuai dengan keinginanmu

Dan Jika hal-hal tersebut { lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya }, maka kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang durhaka dan zalim.

{ tunggulah } dan waspadai hukuman yang akan menimpa Anda

{ sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya } yang tidak dapat ditarik kembali

{ Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik } yaitu orang-orang yang tidak mentaati-Nya dan mendahulukan salah satu hal tersebut di atas daripada cinta kepada Allah.

Ayat ini menjadi dalil yang paling kuat tentang kewajiban mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan kewajiban mendahulukan mencintai keduanya daripada mencintai apa pun. ayat ini juga menjadi dalil kuat adanya peringatan keras dan kemurkaan nyata bagi orang yang lebih mencintai hal-hal lain tersebut daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan siap untuk berjuang (jihad) di jalan-Nya.

Tandanya adalah : jika seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yang satu adalah perkara yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, namun perkara tersebut tidak sesuai dengan hasrat dan keinginanya, dan pilihan lainnya adalah sesuatu yang dicintai dan diinginkannya, tetapi hal ini akan membuatnya melewatkan atau akan mengurangi sesuatu yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, pada situasi ini, jika dia mendahulukan apa yang dia inginkan dan cintai di atas apa yang dicintai Allah, ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang zalim yang tidak melakukan kewajiban yang seharusnya ia lakukan." ( Taysir Al-Karim Al-Mannan   332).

Kelima: Pengingkaran terhadap orang kafir, dan kebencian terhadapnya

Hal ini dilakukan bukan karena garis keturunan, ras, warna kulit, dan fisiknya, tetapi murni karena kekafiran yang dia ikuti dan penolakannya terhadap agama Allah.

Tidak ada pertentangan antara hal itu dan keinginan (rasa cinta) agar dia mendapat petunjuk ; demikian juga situasi yang dihadapi seluruh Utusan dan hamba-hamba Allah yang beriman bersama umatnya. Mereka mengingkari apa yang dilakukan kaumnya tentang menyekutukan orang lain dengan Allah subhanahu wa ta’ala , dan karena mereka jauh dari ajaran agama-Nya dan menolak rasul-rasul-Nya. Dan Pada saat yang sama, mereka menyukai mereka dan berharap mereka mendapatkan hidayah dan masuk agama Allah subhanahu wa ta’ala.

Dari Ibnu `Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan orang yang paling kamu sayangi dari kedua orang ini: Abu Jahl atau `Umar ibn Al-Khattab.” Dan yang lebih dicintai di antara mereka adalah 'Umar. Ini adalah hadits hasan sahih gharib yang diriwayatkan dari Ibnu `Umar. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (3681) dan digolongkan sahih oleh Al-Albani.

`Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu 'anhu mengatakan: “Seolah-olah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kisah salah seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya. , menyebabkan dia berdarah, dan dia menyeka darah dari wajahnya sambil berkata: “Ya Allah, ampunilah umatku, karena mereka tidak mengetahuinya.” (HR. Al-Bukhari (3477) dan Muslim (1792).

Renungkanlah kisah berikut, maka anda akan melihat bagaimana permusuhan atas dasar agama, bahkan pada orang kafir, bisa berubah menjadi cinta atas dasar iman ketika orang kafir tersebut masuk ke dalam agama Allah dan melepaskan kekafiranya selama ini:

Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengirim pasukan berkuda ke negeri Najd, lantas mereka dapat menawan dan membawa seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal seorang tokoh penduduk Yamamah. Mereka mengikat tawanan tersebut di salah satu tiang masjid, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemuinya seraya bersabda: "Apa kabarmu wahai Tsumamah?" dia menjawab, "Kabarku baik-baik saja wahai Muhammad, jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta katakan saja, aku akan berikan berapa yang kamu kehendaki." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkannya. Keesokan harinya, beliau bertanya lagi: "Apa kabar wahai Tsumamah?" dia menjawab, "Kabarku sebagaimana yang telah kukabarkan kepadamu, jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta katakan saja, aku akan berikan berapa yang kamu kehendaki." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meninggalkannya. Keesokan harinya, beliau bertanya lagi: "Apa kabar wahai Tsumamah?" dia menjawab, "Kabarku sebagaimana yang telah kukatakan kepadamu, jika kamu membunuhku berarti kamu telah menumpahkan darah, namun jika kamu membebaskanku, berarti kamu telah membebaskan orang yang pandai berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta katakan saja, aku akan berikan berapa yang kamu kehendaki." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bebaskanlah Tsumamah!" Kemudian dia pergi ke suatu batang pohon kurma dekat masjid, lalu dia mandi dan masuk masjid seraya berkata, "Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai Muhammad, demi Allah, tadinya tidak ada seraut wajah yang paling aku benci di muka bumi ini selain wajahmu, akan tetapi kini wajahmulah yang paling aku cintai di antara seluruh wajah. Demi Allah, tadinya tidak ada agama yang paling aku benci selain agamamu, akan tetapi kini agamamulah yang paling aku cintai daripada seluruh agama. Dulunya tidak ada negeri yang paling aku benci selain negerimu, akan tetapi kini tidak ada negeri yang paling aku cintai daripada negeri ini. Ketika pasukan berkuda menangkapku, aku bermaksud hendak pergi umrah, sekarang bagaimana pendapatmu?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan berita gembira kepadanya, sesudah itu beliau menyuruhnya pergi umrah… (HR. Al-Bukhari (4372) dan Muslim (1764).

Keenam:

Yang harus digaris bawahi dan ditegaskan adalah: bahwa menggabungkan dua hal ini – yaitu pengingkaran terhadap perbuatan syirik dan pengikutnya (musyrik), dan menunjukkan kasih sayang kepada manusia karena Allah, dan keinginan (rasa cinta) agar mereka beriman dan berusaha agar mereka semua bisa masuk ke agama Allah;  adalah salah satu alasan utama mengapa umat ini digambarkan sebagai yang terbaik, yang karenanya Allah memuji mereka.

Dari  [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] mengomentari ayat "Kalian adalah sebaik-baik umat yang diutus kepada seluruh manusia." (QS.Ali Imran 110), kata Abu Hurairah; 'Sebaik-baik manusia untuk manusia, adalah kalian membawa mereka dengan dirantai, hingga mereka masuk Islam.' Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (4557).

Renungkanlah kisah hamba yang beriman ini, dan apa yang terjadi padanya dengan kaumnya yang kafir, yang menolak dan mengingkari kebenaran, dan bagaimana dia terus berusaha memberi petunjuk kepada mereka, namun mereka menolaknya dan menolak dakwah (seruan) -nya, hingga mereka membunuhnya. Meskipun apapun yang terjadi, dia tetap berharap kebaikan untuk mereka dan agar mereka mendapatkan petunjuk (hidayah), bahkan setelah dia mati.

Allah ta’ala berfirman:

وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَاقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ (20) اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ (21) وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (22) أَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ (23) إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (24) إِنِّي آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ (25) قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَالَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ (26) بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ

يس/20-27

(Datanglah dengan bergegas dari ujung kota, seorang laki-laki. Dia berkata, “Wahai kaumku, ikutilah para rasul itu! * Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan (dalam berdakwah) kepadamu. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. *  Apa (alasanku) untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan? * Mengapa aku (harus) mengambil sembahan-sembahan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku. * Sesungguhnya aku (jika berbuat) begitu, pasti berada dalam kesesatan yang nyata. * Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu. Maka, dengarkanlah (pengakuan)-ku.” * Dikatakan (kepadanya), “Masuklah ke surga.” Dia (laki-laki itu) berkata, “Aduhai, sekiranya kaumku mengetahui * (bagaimana) Tuhanku mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”) Yasin /20-27.

Qatadah berkata: “Mereka mulai melemparinya dengan batu sementara dia berkata: Ya Allah, berilah petunjuk kepada umatku, karena mereka tidak mengetahui. Namun mereka tetap melempari dia dengan batu sampai dia terjatuh ke tanah ketika dia mengatakan itu, lalu mereka membunuhnya; semoga Allah merahmatinya”. ( Tafsir Ibnu Katsir  (6/571).

Dan renungkanlah apa yang dikisahkan oleh Allah tentang orang beriman di antara keluarga Firaun, dan bagaimana dia mengingkari kaumnya (yang tidak beriman) dan menyeru mereka kepada keselamatan, meskipun mereka tetap dalam kekafiranya, tetap memusuhi dan menolaknya. Kisahnya diceritakan panjang dalam Surat Ghafir yang dikenal juga dengan Surat al-Mu'min.

Dan didalam Sahih Al-Bukhari (3231), dan Muslim (1795) dari ‘Urwah, bahwa ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, telah menceritakan kepadanya bahwa suatu ketika ia pernah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, pernahkah anda merasakan kesulitan yang paling sulit daripada hari perang uhud?" Beliau menjawab: "Aku pernah mengalami kesulitan dari kaummu, dan itulah kesulitan yang paling sulit yang pernah ku alamai dari mereka, yaitu peristiwa di hari 'aqabah. Ketika itu aku mendatangi Ibnu 'Abd Yaaliil bin 'Abd Kulal, tapi ia tidak mau memenuhi harapanku sehingga aku pergi meninggalkannya dengan penuh kecemasan, dan aku baru sadarkan diri ketika aku sampai di Qarnits Tsa'alib. Lalu aku mendongakkan kepalaku dan ternyata aku sedang dinaungi oleh awan, setelah kuperhatikan, ternyata malaikat Jibril ada di sana. dia memanggilku dan berkata: 'Sesungguhnya Allah 'azza wajalla telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu dan penolakan mereka terhadap ajakanmu. Dan Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung agar anda dapat menyuruhnya untuk menghancurkan mereka sekehendak hatimu'." Beliau bersabda: "Lalu malaikat penjaga gunungpun memanggilku dan mengucap salam kepadaku sambil berkata: 'Wahai Muhammad, Sungguh Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu, dan aku malaikat penjaga gunung telah diutus oleh Rabbmu untuk menemuimu guna melaksanakan apa yang anda kehendaki. Jika anda menghendaki, maka aku akan menutupkan dua gunung ini kepada mereka'." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Bahkan aku sangat berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang-tulang sulbi mereka orang yang mau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun."

Dan Allah SWT bersabda kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

الأنبياء (107

(Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.) Al-Anbiya /107.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

“Bahwa  Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. artinya, Dia mengutusnya sebagai rahmat bagi mereka semua, maka barangsiapa yang menerima rahmat ini dan mensyukuri nikmat tersebut, maka dialah yang mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan siapa yang mengingkarinya, maka dialah yang mendapat kerugian di dunia dan di akhirat.

Imam Muslim berkata dalam Sahihnya  : … Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata: Dikatakan: Ya Rasulullah, doakanlah orang-orang musyrik. Beliau bersabda: “Aku diutus bukan sebagai orang yang mengutuk; melainkan aku diutus sebagai rahmat.” ( Tafsir Ibnu Katsir   5/385).

Ketujuh:

Kami berharap bahwa apa yang kami uraikan diatas cukup bisa memberikan jawaban, ditambah lagi bahwa dengan melihat secara obyektif tentang realitas kehidupan manusia dari sudut pandang psikologis dan historisnya, maka hal ini akan terlihat sangat jelas.

Namun demikian, kami mengajak anda untuk merenungkan perpaduan dua hal di awal surat al-Mumtahinah ini: penegasan terhadap prinsip pengingkaran syirik dan umatnya (musyrik), dan orang-orang yang beriman (mukmin) yang tidak pernah berputus asa terhadap orang-orang kafir supaya mendapat petunjuk dan masuk ke dalam agama Allah, dan beralih dari permusuhan menjadi cinta yang dilandasi iman.

Allah SWT berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ (1) إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ (2) لَنْ تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (3) قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (4) رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (5) لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (6) عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (7) لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

الممتحنة/1-9

(Wahai orang-orang yang beriman. Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman setia. Kamu sampaikan kepada mereka (hal-hal yang seharusnya dirahasiakan) karena rasa kasih sayang (kamu kepada mereka). Padahal, mereka telah mengingkari kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu (dari Makkah) karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku, (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (hal-hal yang seharusnya dirahasiakan) kepada mereka karena rasa kasih sayang. Aku lebih tahu tentang apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Siapa di antara kamu yang melakukannya sungguh telah tersesat dari jalan yang lurus. * Jika (suatu saat) mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu. Lalu, mereka melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir. * Kaum kerabatmu dan anak-anakmu tidak akan bermanfaat bagimu pada hari Kiamat. Kelak Dia akan memisahkan antara kamu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. * Sungguh, benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu pada (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekufuran)-mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” Akan tetapi, (janganlah engkau teladani) perkataan Ibrahim kepada ayahnya, “Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, tetapi aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata,) “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal, hanya kepada Engkau kami bertobat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. * Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Ampunilah kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” * Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) benar-benar terdapat suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari Kemudian. Siapa yang berpaling, sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. * Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka. Allah Maha Kuasa dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. * Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. * Sesungguhnya Allah hanya melarangmu (berteman akrab) dengan orang-orang yang memerangimu dalam urusan agama, mengusirmu dari kampung halamanmu, dan membantu (orang lain) dalam mengusirmu. Siapa yang menjadikan mereka sebagai teman akrab, mereka itulah orang-orang yang zalim.) Al-Mumtahanah /1-9.

Kami harap kami dapat menjawab masalah yang mengganggu Anda. Jika Anda masih menyimpan pertanyaan lain, atau masih ada sesuatu yang menurut anda belum terjawab, kami sangat senang hati jika anda menghubungi kami lagi untuk membahas lagi hal-hal yang diperlukan untuk bisa mendapat pemahaman tentang agama kita.

Wallahu a’lam.

Loyalitas dan Berlepas diri
tampilan di situs islamqa.info